2008
Sepulang latihan di gereja, Dimas yang masih kelas I SMP, & sekitar 5 orang temannya diajak pembimbing Misdinar (putra altar) mereka, Syahril Parlindungan Marbun, jalan-jalan.
Setelah makan malam, Syahril mengantar mereka satu per satu. Dimas jadi yang paling terakhir diantar.
Waktu itu Dimas sebetulnya sempat curiga, karena rumahnya lebih jauh daripada Syahril, bila diukur dari gereja.
Syahril, yang waktu itu berusia sekitar 30th, membawa mobilnya ke UI. Di sana, Dimas dioral oleh Syahril. Ia sempat ingin melawan, tapi kepalang takut dibunuh karena sedang berada di mobil itu sendirian dengan Syahril, di tempat gelap & sepi.
2010
Dimas menginjak kelas III SMP, kejadian itu berulang. Syahril yang dipandang dekat dengan orang tua jemaat di gereja, menjemput Dimas suatu malam ke rumahnya. Meminta izin ke orang tua Dimas untuk mengajaknya menginap & membantu belajar untuk ujian masuk SMA.
Lepas tengah malam, saat tidur di kamar Syahril, Dimas terbangun karena Syahril kembali mengoralnya. Setelah kejadian itu, Dimas sempat frustrasi & mengaku dosa kepada pastor.
Dimas tidak merinci detail peristiwa itu, tapi menangis sesenggukan di depan pastor.
Mei 2020
Dimas didatangi tujuh orang alumnus misdinar gerejanya. Mereka bercerita kalau ada satu anak yang dilecehkan oleh Syahril. Awalnya ia hanya diajak menjadi tim investigasi kasus itu, tapi Dimas akhirnya menceritakan pengalaman pahit yang selama ini ia pendam erat-erat sendiri.
“Saya berani cerita begini supaya adik-adik tidak ada yang kena lagi.”, tambahnya.